Maqna.id merupakan historical tour agency dari Bogor yang melakukan perjalanan bermakna ke kota peradaban Islam, seperti Turki dan Serbia.
Maqna.id is a historical tour agency from Bogor that carries out meaningful trips to cities of Islamic civilization, such as Turkiye and Serbia.
Sejarah merupakan bagian penting bagi umat Islam. Khususnya ketika menghadapi situasi sulit, di mana dengan mempelajari sejarah memberikan motivasi dan harapan bahwa kehidupan manusia selalu berputar, tak hanya kesulitan, namun juga kemudahan.
Begitupun kejayaan dan kehancuran Islam, Allah pergilirkan di antara manusia agar dapat menjadi pelajaran sebagaimana disampaikan dalam Qur’an Surat Ali-‘Imran (3) ayat 140.
Allah memperlihatkan kepada kita bagaimana ketika sistem Islam itu ditegakkan di muka bumi sehingga manusia menikmati kemaslahatan dan kebaikannya.
Kota yang mengalami kedua peristiwa, yakni kejayaan dan kehancuran Islam.
Sultan Ottoman pertama yang mengepung Belgrade adalah Mehmet II atau Al-Fatih, pada 4-22 Juli 1456 atau tiga tahun setelah beliau membebaskan Kota Konstantinopel.
Kota ini merupakan situs yang sangat penting menurut Prof. Dr. Mohamed Mufako.
Beograd dianggap oleh Prof. Dr. Mohamed Mufako sebagai gerbang Balkan yang mengendalikan jaringan komunikasi vital antara Barat, Balkan, dan Timur.
Nama lain Belgrade atau Beograd adalah ‘White City’ atau ‘Kota Putih’.
Kota ini dinamai berdasarkan bentengnya, yang dibangun di atas punggung bukit putih yang memiliki kepentingan strategis yang besar sepanjang sejarah.
Tak banyak yang tahu bahwa dulu Belgrade pernah menjadi kota Islam, baik di kalangan kaum Muslimin sendiri. Ya, Belgrade merupakan kota ‘Andalus’ di Balkan dalam hal budaya dan pendidikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh sejarawan Islam, Prof. Dr. Mohamed Mufako dalam bukunya ‘Tarikh Belghrad al-Islamiya’ pada tahun 1987.
Bahkan seorang seniman bernama Carl Goebel pada tahun 1865 pernah melukiskan Kota Belgrade ketika dikuasai oleh Ottoman dengan beragam etnis yang hidup saat itu dan lukisan ini masih terpampang jelas di Victoria and Albert Museum, London.
Bismillah sahabat Maqna.id, mari kita belajar sejarah di Kota Belgrade yang mengalami kedua peristiwa, yakni kejayaan dan kehancuran Islam untuk diambil ibrohnya bersama Maqna.id. Info lebih lanjut, hubungi +628164610513.
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
“… Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim.”
Ketidakberhasilan yang dialami oleh Sultan Mehmed II dalam menaklukkan Belgrade pada tahun 1456, tidak menyurutkan semangat penerusnya, yakni Sultan Sulaiman Al-Kanuni atau ‘The Law Giver’. Keyakinan dan kepercayaan yang disampaikan secara turun-menurun dalam Kesultanan Utsmaniyah telah melahirkan generasi terbaik yang berani dan percaya diri di masa depan.
Sultan Sulaiman Al-Kanuni yang berpendidikan tinggi, paham sejarah, dan mengerti kondisi dunia telah memimpikan untuk menaklukkan Belgrade, sebagaimana impian buyutnya, Sultan Mehmed II, bahkan sejak beliau masih duduk sebagai putra mahkota.
Menurut Olya Shalaby, seorang musafir pada masa itu, Sultan Sulaiman Al-Kanuni pernah mengatakan bahwa, “Jika Allah memberi saya pemerintahan, maka saya akan mengirim pasukan ke Belgrade.” Hal itupun terjadi tepat setahun setelah beliau menerima kekuasaannya, Sulaiman memimpin pasukan besar untuk menaklukkan Belgrade yang dicapai pada pertengahan Juli 1521.
Sultan Sulaiman mulai membombardir benteng Belgrade akhir Juli dan berlanjut sepanjang Agustus. Selama pengeboman, tentara Ottoman melakukan serangan pertamanya pada 2-3 Agustus, dan kemudian yang kedua pada 8 Agustus. Serangan terakhir ini berlangsung dari siang hingga malam dan berakhir dengan menaklukkan benteng bagian bawah kota yang telah ditinggalkan oleh penduduk.
Visit Maqna.id IG for more article
Pengepungan benteng Belgrade oleh Sultan Sulaiman Al-Kanuni bersama tentara Ottoman bertepatan dengan Ramadhan (bulan puasa umat Islam). Dalam keadaan berpuasa, tentara Ottoman tetap siaga dalam mempertahankan pengepungan benteng Belgrade sampai pada akhirnya pihak musuh menyerah pada 26 Ramadhan (Agustus 1521).
Pada kejadian hari itu, penulis ‘Diaries on Sultan Suleiman’s Campaign on Belgrade’ mengatakan bahwa, “Dengan pertolongan Allah, benteng Belgrade ditaklukkan dan Muadzin (orang yang memanggil shalat) menyuarakan Adzan (panggilan shalat) dari benteng.” Hari berikutnya, yaitu 27 Agustus 1521 ditetapkan oleh Sultan Sulaiman sebagai hari istimewa dengan dua peristiwa.
Peristiwa pertama adalah Jumat yang merupakan hari besar umat Islam dan bertepatan dengan 27 Ramadhan, yakni Nuzulul Qur’an (memperingati hari diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW). Peristiwa kedua adalah hari Sultan Sulaiman memasuki Kota Belgrade yang ditaklukkan dalam waktu kurang dari sebulan.
Benteng Belgrade akhirnya diubah menjadi ‘House of Jihad’, di mana merupakan tempat untuk melatih Janissary (pasukan khusus Ottoman) untuk melanjutkan infiltrasi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa sampai mencapai perbatasan Wina, Austria pada tahun 1529. Di Kota Belgrade inilah, Kesultanan Utsmaniyah berkuasa selama 346 tahun atau sejak 1521-1867 Masehi.
Visit Maqna.id IG for more article
Dengan jatuhnya benteng Belgrade ke tangan umat Islam pada 27 Agustus 1521, maka benteng ini diubah oleh Kesultanan Utsmaniyah menjadi salah satu kota terbesar di Eropa Timur. Bahkan di luar benteng, sebuah kota baru dibangun dan berkembang sebagai contoh kota Islam. Ini merupakan contoh kemajuan budaya yang berkaitan dengan Eropa Tengah.
Meskipun berkembang pesat, Kota Belgrade hanya menikmati stabilitas pemerintahan pada kurun waktu 1521-1689 Masehi. Setelah itu dengan perkembangan kota-kota Balkan lainnya di bawah pemerintahan Ottoman, perang diluncurkan untuk merebut kembali kota ini dan secara bertahap menyingkirkan Belgrade sebagai contoh budaya Islam oriental di Eropa sampai tahun 1867.
Saat ini, Belgrade tampaknya menjadi kota Eropa modern yang tidak ada hubungannya dengan warisan budaya sebelumnya. Dengan demikian, Belgrade menjadi ‘Andalus’ lain yang menciptakan tragedi ‘Andalus’ baru di dunia Islam, yakni tragedi Bosnia dan Herzegovina.
Insyaa Allah perjalanan dengan Maqna.id akan menguak sejarah dan peradaban Islam yang masih tersisa di Kota Belgrade yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya sehingga bisa berkontribusi dan membangun kembali kejayaan Islam.
Visit Maqna.id IG for more article
Follow our latest article on our website, instagram, and facebook
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memudahkan kita untuk mempelajari sejarah dan peradaban Islam di Turki dan Serbia agar semakin dekat kepada-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin…